Tidak ada salahnya kita bertanya kepada beberapa teman dan kerabat yang pernah pergi haji. Namun jangan heran, kalau dari lima teman atau kerabat yang ditanya, akan didapatkan lima saran yang berbeda sehingga kita perlu pula melakukan cross check dengan teman lain atau menanyakan ke petugas pembimbing haji.
Sebab, kalau bertanya kepada teman yang pergi haji saat musim panas, ia akan menyarankan membawa payung dan alat penyemprot air agar tidak kepanasan. Tapi dari teman yang pergi haji di musim dingin, justru ia menganjurkan membawa jaket tebal dan sleeping bag. Karena udara di Saudi Arabia, apalagi di Medinah dan Arafah, amat dingin. Bisa di bawah 10 derajat Celsius.
Saat akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun 1427 H pun, saya sempat akan membeli sleeping bag, karena saran teman. Kalau tidak tahan dingin, cerita teman, dari hidung dan telinga akan keluar darah. Tapi karena barang itu akan menyita ruang koper haji, saya batal membelinya. Hanya baju hangat saja yang saya bawa.
Jangan bertanya barang-barang yang harus dibeli ke pedagang peralatan haji. Barang yang tidak terlalu perlu pun mereka anjurkan untuk dibeli. Karena disarankan pedagang, ada jemaah haji yang membawa kain ihram tiga setel. Kaus kaki dan sarung tangan pun membawa tiga pasang. Dengan alasan di Saudi sana udara sangat dingin.
Padahal, satu setel kain ihram pun sebenarnya sudah cukup. Atau paling banyak satu setengah setel (tiga helai). Sarung tangan dan kaus kaki pun, bagi jemaah pria, rasanya tidak perlu. Untuk jemaah wanita, memang perlu selain untuk menahan dingin, juga untuk menutup aurat.
Menahan dingin
Karena dianjurkan oleh pedagang, saya sempat membeli tiga pasang kaus kaki
dan sarung tangan. Namun, tidak satu pun yang dipergunakan. Sebab, rasanya kikuk
juga kalau pergi ke masjid kedua tangan tertutup sarung dan kaki terbungkus kaus
seperti orang yang sedang udzur. Sebaiknya tidak dibiasakan menggunakan kaus kaki dan sarung tangan selama di Medinah maupun Mekah. Untuk latihan menahan udara dingin sebelum wukuf di Arafah. Sebab, saat wukuf, justru udara di sana lebih dingin dibanding dengan di Medinah. Bahkan saat wukuf, jemaah pria, hanya boleh menggunakan dua helai kain ihram.
Kalau dibiasakan memakai pakaian yang menutup seluruh tubuh dan terbiasa dengan pakaian tebal, kita akan tersiksa dengan udara dingin di Arafah. Suhu udara di Arafah saat wukuf musim haji 1427 H diperkirakan antara 4 - 8 derajat Celsius. Bahkan pada malam hari, bisa mendekati nol derajat.
Saat wukuf musim haji 1427 H banyak jemaah haji yang tersiksa. Bukan saja karena udara yang amat dingin, tetapi juga karena katering tak kunjung datang. Malam menjelang wukuf, seharusnya kami disediakan makan dan bisa minum air hangat sepuasnya. Tapi, jangankan nasi, air hangat pun, tidak ada.
Celakanya, yang berjualan di Arafah memang nyaris tidak ada. Untuk sekadar menyeduh mi instan pun, jemaah harus membayar dua riyal untuk setiap mangkuk mi yang diseduh. Bahkan, karena begitu banyaknya yang membeli air panas, harga air panas pun mendadak naik. Sebagian besar jemaah, selama di Arafah, bisa dikatakan tidak makan nasi sama sekali dan baru menyantapnya setelah di Mina. Itu kemudian yang menyebabkan orang-orang di Tanah Air ribut, "Jemaah haji Indonesia kelaparan".
Cukup satu
Sebenarnya dengan membawa satu setel kain ihram, dua setel pakaian dan satu
sweater saja, cukup. Jika pakaian kotor, bisa langsung dicuci. Benar apa
yang disarankan teman saya, "Teu kedah riweuh-reweuh kang, nyandak dua setel
acuk oge cekap. Upami kirang mah, kantun meser di ditu. Langkung mirah. Nyandak
artos we nu seueur," sarannya.Celana pangsi putih untuk sehari-hari dan pergi ke masjid, di Bandung saya beli Rp 70.000,00. Di Mekah, saya bisa mendapatkan yang jauh lebih bagus dengan harga 10 riyal (Rp 25.000,00). Bahkan dari PKL yang berjualan "kucing-kucingan", karena selalu diuber-uber askar, di depan Masjid Al-Harom, bisa lebih murah lagi, hanya 5 riyal, tanpa harus tawar menawar.
Namun pakaian dalam, sikat dan pasta gigi, dan sabun mandi,beli di Tanah Air. Namun, sabun cuci, sebaiknya beli di Saudi. Sabun di sana dibuat dengan kadar kalium yang disesuaikan dengan air di sana. Kain putih yang dicuci dengan sabun Arab, jauh lebih putih dan bersih.
Sandal jepit, sebaiknya beli tiga pasang di Indonesia. Warnanya usahakan jangan hijau. Karena sandal di sana justru semuanya hijau. Jarang sandal jepit warna lain selain hijau yang dijual. Dengan sandal kuning atau merah misalnya, sandal kita tidak akan tertukar dan bisa cepat dikenali terutama kalau kita sedang salat berjamaah di mesjid di lingkungan tempat menginap. (Wawan Djuwarna/"PR")*** Selanjutnya