Translate

Minggu, 05 Januari 2014

PUTUS ASA


BERPUTUS ASA ITU TERNYATA BERDOSA, DAN APAKAH SUMBER PUTUS ASA DALAM KEHIDUPAN ?

Hidup terasa hancur. Dunia terasa gelap. Mungkin itulah yang dirasakan oleh sebagian orang yang mengalami kegagalan dalam suatu perkara.
Apakah itu dalam bisnisnya, kehidupan rumah tangganya dan perkara-perkara lainnya. Karena tak kuat menahan beban kegagalan yang begitu berat, mereka putus asa dan sangat putus asa. Sehingga akhirnya, menghilangkan nyawa menjadi keputusan akhir mereka. Ibnu Mas’ud رضي الله عنه berkata, “Dosa terbesar di antara dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah dan merasa putus asa dan harapan terhadap rahmat Allah. ” (Riwayat Abdurrazzaq dan Ath-Thabrani)

Allah berfirman: “Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, karena tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir. ” (QS. Yusuf: 87)

Berkata Al-Qurthubi menjelaskan ayat di atas, ” Ayat ini menunjukkan bahwa berputus asa itu termasuk dosa besar.“

Seberapa jauh kita jatuh tidak menjadi masalah, tetapi yang penting seberapa sering kita bang­kit kembali, seberapa sering kita meningkatkan do'a dan permohonan, seberapa sering kita bertaubat, seberapa sering kita mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan yang terbaik itulah kesuksesan

Banyak orang non muslim tidak berputus asa, padahal mereka hidupnya untuk mencari duniawi, metodenya menghalalkan segala cara. Bagaimana dengan kita yang mencari redho Allah, logikanya tidak mungkin seorang muslim kalah dalam bertahan dijalan Allah dibanding orang-orang non muslim, masalah hasil tidak jadi soal karena bukanlah itu yang menjadi tuntutan seorang Muslim, tetapi kita dituntut menyertakan Allah SWT dalam menetapi jalannya, dan tidak mudah berputus ada, tidak ada kata menyerah.

MASALAHNYA, seberapa jauh kita menggunakan PETUNJUK Allah SWT dalam Quran dan Sunnah dalam kehidupan sehari-hari ?, atau kita malah menggunakan petunjuk selain dari-Nya ? hingga kehidupan menjadi jauh dari nilai ibadah akibat tidak menjalankan nilai-nilai Iman dan Keislaman didalam kehidupan sehari-hari.

“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia dan membelakangi dengan sikap yang sombong dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”(Q.S. Al-Isra’: 83).

Begitulah Al’Qur’an menuturkan, kalam Illahi yang begitu memukau ini menggamblangkan betapa keputusasaan seringkali menjadi keniscayaan manusia dalam menghadapi dunia, padahal dengan terang Allah meyakinkan hambaNya dalam Q.S Az-Zumar:53 “.... janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Banyak diantara kita berputus asa oleh permasalahan dunia yang melilit rangka-rangka pikiran kita, dari korupsi yang tidak kunjung berhenti, kerusakan mora dan kriminalitas yang begitu tinggi, banyak kita berupaya ingin segera lepas dan terbebas, namun pada kenyataannya tetap dijalan yang salah, yang akibatnya jauh dari berkah akhirnya berujung buntu akan solusi lalu dengan ringannya kita menyerah.

Kita beranggapan menyerah adalah solusi berkesudahan.

Padahal hidup adalah rangkaian masalah, dan sebagai umat Islam sudah seharusnya kita meyakini bahwa disetiap rangkaian masalah itu ditumbuhkan pula kemudahan. ....Inna ma al’usri yusro.

Islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta. Ini dimaksudkan datangnya Islam mampu memberikan keteduhan akan segala permasalahan yang muncul dibumi, bidang apapun itu baik perseorangan sampai ke level dunia, ya melalui syariat Islam tata cara kehidupan diatur sedemikian rupa sehingga terciptalah ketentraman.

( Akibat Langkah Setan )

Maka dengan inilah Allah Ta’ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar mengamalkan Islam secara menyeluruh dan melarangnya dari mengamalkan Islam secara sebagian-sebagian, karena mengamalkan Islam secara tidak sempurna dengan mengambil sebagian yang disukai dan meninggalkan sebagian yang tidak disukai berarti telah mengikuti langkah-langkah setan seperti firman-Nya, artinya,

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah, 2:208)